Pernahkah kita mengalami krisis percaya
diri dalam menulis? Atau tidak berani untuk memulai karena merasa belum cukup
ide? Aku pun juga mengalami demikian. Terkadang, aku terlalu berpikir yang
berlebih tentang apa yang akan di tulis. “Kalau mengambil tema ini sepertinya
tidak sesuai dengan karakterku deh”, “ini sepertinya bahasanya terlalu vulgar
dan terlalu membuka aib”, “duh…kenapa tulisanku seperti berputar-putar tidak
menemukan titik temu ya” dan pertanyaan beruntun lainnya. Alhasil, tulisan yang
dihasilkan tidak bisa mengalir dengan santai dan parahnya lagi adalah tidak
menjadi tulisan yang utuh alias mandeg ditengah jalan dan memilih untuk
menyudahi. Terlalu ragu-ragu dalam menulis sehingga isi kepala tidak bisa
dikeluarkan dengan plong. Bahkan untuk sekedar menuliskan satu kalimat awalan
pun tidak henti-hentinya backspace
dan delete berpacu satu sama lain.
Rasanya berat untuk menuangkan unek-unek ataupun ide ke dalam tulisan. Segala
yang ada di kepala tumpang tindih, sulit untuk mengurainya sehingga diri ini
tidak yakin mampu menyelesaikan tulisan. Itulah yang kurasakan, krisis percaya
diri dan kurang berani memulai menulis. Tidak heran jika banyak yang mengatakan
bahwa pentingnya memiliki mental pemberani dalam menulis.
Tentang keberanian
dalam menulis. Sekilas yang terbersit dalam pikiranku ketika mengutip dari
Pramudya Ananta Toer “ Menulis adalah sebuah keberanian” adalah keberanian
dalam menyuarakan kebenaran, keberanian untuk beropini, keberanian untuk
mengungkapkan apa yang menggelitik nurani ketika kebebasan itu dibungkam.
Meski, setiap orang memiliki dimensi keberanian yang berbeda-beda dalam
tulisannya. Keberanian dalam hal ini menurut versiku cukup sederhana yaitu
keberanian untuk memulai menulis dan mengakhirinya dengan karya yang utuh. Dan
tekad itupun semakin menguat ketika mengikuti berbagai komunitas kepenulisan
meskipun hampir semua yang aku ikuti adalah komunitas kepenulisan berbasis online. Tapi masyaallah, efeknya sungguh
terasa dibandingkan hanya mengumpulkan tekad keberanian seorang diri. Dan yang
baru-baru ini adalah mendapatkan suntikan semangat dari mbak Kiki Handriyani founder komunitas BloMil (Blogger Mungil)
saat di kelas menulis Nulisyuk batch 38. Meskipun baru materi pertama tapi
terasa sekali suntikan semangatnya untuk bener-bener move on dengan menulis, sesuai sekali dengan judul materi
pertamanya.
Ketika simpul-simpul
keberanian untuk berkarya melalui tulisan telah siap disatukan untuk
memunculkan aksi. Maka akupun memiliki keinginan agar bisa menulis tidak
sekedar menulis, tapi menulis yang mampu menjadi inspirasi, memberi motivasi
pembaca dan menjadi syiar kebaikan serta amal jariyah bagi penulis. Karena pada
hakikatnya seorang penulis itu akan abadi dengan karya-karyanya. Seperti halnya
ilmu yang akan lebih menancap di memori manakala kita mengikatnya dengan
menulis. “ Ilmu itu adalah hewan buruan
dan menulis itu adalah ikatannya. Ikatlah buruan kamu dengan tali yang kuat
yakni menulisnya (Imam Syafii). Ah… semoga selalu ada keberanian untuk memulai
menulis dan berkarya, mengalirkan rasa yang berwujud untaian kata penuh makna. Teruntuk kelas menulis Nulisyuk batch 38,
harapan terbesarnya mampu menjadi trigger untuk membuatku istiqomah menulis
melalui blog. Syukur-syukur jika mampu menjadi blogger keren seperti mbak Kiki
dan menjadi penulis buku.
#Nulisyukbatch38
Sumber foto : quetofancy.com
Semangaat kakak 😀😀 .... Salam kenal..
ReplyDeleteIntinya harus percaya diri ya kak...😊
ReplyDeletesemangat kak, salam sukses berjamaah..✊
boleh visit ini 😊https://www.diaryukhti.com/?m=1